Selasa, 15 September 2020

Tulip's In My Heart

 

    Hari yang ditunggu-tunggu oleh Manda akhirnya datang juga. Sekarang dia telah menjadi wisudawati di sekolahnya, SMK Harapan Siswa. Tidak terasa tiga tahun sudah ia belajar keras menuntut ilmu demi menggapai cita-citanya. Selama tiga tahun itu juga dia bersahabat dengan seorang laki-laki yang memiliki tubuh tinggi, rambut agak berjambul di depan, dan berbadan tegap. Dia bernama Willy. Sejak setahun lalu, ia merasa ada yang berbeda dengan status persahabatan mereka. Seolah ada perasaan yang tersimpan dalam hati Manda. Ada perasaan yang sangat berbeda. Perasaan lebih dari sekedar sahabat. Tidak seperti biasanya. Setiap dia bertemu dengan Willy, hati nya selalu berdebar-debar. Dia selalu nyaman saat ada di dekatnya. Bau parfumnya yang hangat, harum, maskulin, dan membuat hatinya luluh. Semua itu telah ia rasakan. Sifatnya yang sabar, tidak pernah marah, dan penyayang terhadap semua teman-temannya. Tapi perasaan ini tidak mudah begitu saja ia utarakan.

Setiap kali Willy berbincang-bincang dengan teman perempuan sekelas ataupun adik kelasnya, dia selalu merasa sedikit cemburu. Willy juga sifatnya tidak pernah macam-macam. Dia sangat berpendidikan dan selalu menghargai perempuan. Itulah yang menjadi nilai plus bagi Manda. Ia sempat berpikir akan mengutarakan perasaannya ini. Namun ia selalu merasa ragu melakukannya. Dia mengira kalau itu tidak mungkin sekali.

            Tetapi pada akhir wisuda, wajah Manda terlihat sedikit murung. Dia pernah dengar bahwa Willy akan melanjutkan studinya ke Belanda. Dia selalu ingat ucapan Willy waktu itu. Disana dia akan tinggal bersama paman dan bibinya.

            Setelah turun dari mobil yang diparkir di depan rumah Manda, Willy tetap melihat wajah murung Manda.

             “Emm.. Wil,” dengan gugup Manda memulai bicara. Apa..kamu jadi ngelanjutin kuliah ke Belanda?” tanyanya dengan suara pelan.

            “Sepertinya sih gitu,” jawab Willy dengan wajah serius. “Aku sangat tertarik dengan kampus disana. Ada salah satu kampus yang bagus banget. Program studinya sesuai sama keahlian aku. Om Randy ngerekomendasiin kampus ini karena koleganya ada yang kerja disitu,” Willy dengan antusias menceritakan ambisinya untuk melanjutkan kuliah disana. Manda dengan cueknya mendengar sambil meniupkan poni rambutnya yang tipis hingga terbang terangkat dari dahinya.

            “Kan disini juga banyak kampus yang bagus. Kok kamu bela-belain pergi kesana sih?”, tanya Manda sedikit merajuk.

            “Man, kamu pernah denger kan pepatah bilang, ‘tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’. Jadi kita wajib dong menuntut ilmu setinggi-tingginya,” Willy melanjutkan tertawa kecilnya. “Dan aku emang excited banget buat kuliah disana. Kita bisa belajar sambil kursus bahasa juga. Biar lancar berkomunikasi.”

            Tatapan Manda sedikit kosong. Willy memang sosok lelaki yang tepat di hatinya. Ditambah lagi Willy memang suka belajar dan ingin selalu mencoba hal-hal baru. Jadi wajar juga Willy memiliki keinginan seperti itu. Tapi dia selalu bingung untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi ia yakin kalau ia memang mencintai Willy.

            Keesokan harinya Willy datang ke rumah Manda. Pagi-pagi ia datang tanpa sepengetahuannya. Dengan pelan ia langsung membuka pintu kamar yang penghuninya masih tertidur lelap itu. Dilihatnya sekeliling kamar yang penuh dengan pernak-pernik berwarna merah jambu. Manda memang penggemar warna itu. Soft, calm, dan sweet. Bau kamarnya yang hangat menjadi ciri khas cewek berambut pendek itu. Pada dinding di atas tempat tidurnya terpampang poster taman bunga tulip yang sangat indah. Manda memang suka sekali dengan bunga tulip. Manda tiba-tiba mengernyitkan keningnya. Dia berusaha membuka matanya yang terlanjur silau terkena cahaya. Sontak ia terkejut melihat siluet bayangan laki-laki yang sudah berada tepat di depan jendela kamarnya. Tetapi ia dengan cepat mengenali sosok lelaki itu.

            Oh my God! Ya ampun, Wil...?!”, Manda kaget sambil menutupi kepalanya dengan selimut. “Aduh..aduh..kok kamu tiba-tiba ada disini? Gila kamu, aku pikir mama. Duh, kamu nih. Bikin kaget aja.”, Manda terlihat gugup dan malu bila Willy melihat wajahnya yang acak-acakan saat bangun tidur. Willy hanya tertawa melihat tingkah laku sahabatnya yang lucu itu.

            “Gila nih orang. Masuk kamar nggak ketuk pintu dulu main nyelonong aja,” Manda berupaya merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. “Kamu kok tumben kesini pagi-pagi banget. Emangnya ada apa? Terus Mama sama Papa tahu kamu ada disini?”, Manda masih duduk di atas tempat tidurnya dengan wajah yang sedikit mengantuk.

            “Ya tahu dong. Aku memang kesini disuruh Mama nganter sesuatu buat Tante Vina,” Willy langsung menarik sebuah kursi dekat meja dan mengambil sebuah majalah yang ada di atas meja belajar Manda.

            “Huhhh!!!,” Manda tak kalah jengkelnya melihat ulah sahabatnya itu. Ia langsung bergegas menuju kamar mandi tanpa menghiraukan pria yang semakin hari semakin tampan itu menurutnya. Tapi di sisi lain, ia selalu semangat saat berada di sampingnya. Di dalam kamar mandi, Manda langsung melihat wajahnya di depan cermin. Dia merasakan jantungnya berdegub lebih cepat tidak seperti biasanya. “Oh, Lord..! Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Perasaan ini memang ada,” ia berkata pada diri sendiri dengan pelan sambil menghadap cermin kamar mandi.

            Setengah jam lamanya Manda berada di kamar mandi. Willy tampak bosan menunggu. Ditaruhnya kembali majalah yang sudah ia baca ke tempat semula. Kemudian tidak sengaja ia melihat sebuah buku berukuran sedang berwarna merah muda yang berada pada sudut meja belajar Manda. Sampulnya mengkilat bermotif bunga-bunga tulip kecil nan lucu. Pada sudut buku tertulis ‘My Diary, My Little Angel’. Tanpa berpikir panjang, Willy segera mengambil buku itu.

            “Maaann.. Aku pulang dulu yaa?!”, Willy sedikit berteriak sambil mendekatkan diri ke arah pintu kamar mandi.

            “Loh..kok cepet banget sih?,” suara Manda terdengar menggema.

            “Soalnya nanti Om Randy mau telfon ke rumah terkait studiku dua bulan lagi,” Manda yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk tercengang kaget mendengar Willy berkata seperti itu. Hilang sudah semangatnya yang menggebu-gebu pagi ini. Teringat kembali ia akan ditinggal jauh oleh laki-laki yang ia sayangi itu.

            “Emm. Iya deh..,” jawab Manda pendek dengan muka ditekuk di depan cermin kamar mandi. Dihembuskannya poni tipis yang terurai di depan dahinya. Tanda ia sudah agak berputus asa. Ia langsung keluar dari kamar mandi dan segera menuju jendela kamarnya. Ia melihat ke bawah memastikan apakah Willy benar-benar pulang. Dilihatnya sosok jangkung itu menuju pintu gerbang dimana ia memarkir motornya. ‘Kenapa sih kehadiranmu selalu membuat aku nyaman?’ Manda bergumam dalam hati.

             Willy segera bergegas menuju kamarnya. Ia seolah penasaran dengan isi dari buku kecil yang diam-diam ia bawa tadi. Ia terlihat memeriksa di sekeliling buku itu. Cukup susah untuk membukanya karena terdapat gembok kecil pada tepian buku. Dicobanya ia membuka dengan jarum. Tidak bisa. Ia coba dengan alat apa saja yang sekiranya dapat membuka kunci itu tanpa merusaknya. Nah! Akhirnya berhasil. Dibuka lah gembok itu secara perlahan. Dibukanya lembar pertama bertuliskan nama lengkap Manda, ditulis dengan huruf kapital. Berlanjut pada isi dari lembar kedua. Kemudian ketiga. Pada lembaran ini berisi puisi yang menceritakan bahwa Manda sedang jatuh cinta pada seseorang. Pada lembar keempat isinya juga sama. Kemudian berlanjut pada lembar ke lima, ke enam, itu tentang dua bait puisi. Selanjutnya berhenti pada lembar ke tujuh. Willy merasakan ada sesuatu disana. Ada sebuah sketsa yang menggambarkan seorang laki-laki memakai seragam putih abu-abu sambil meletakkan kedua tangannya pada masing-masing saku celananya. Tepat di bawah gambar itu, bertuliskan ‘I Love U, WP’. Willy terbelalak melihat sketsa ini. Inisial ini sesuai dengan namanya. Willy Pratama. Dia terus bergumam dalam hati. ‘Ah tidak mungkin. Bisa saja ini nama inisial cowok lain. Wahyu atau Wildan atau siapalah’. Tampaknya ia tak begitu berprasangka lebih.

            Ia terus membuka lembar demi lembar. Willy juga tidak pernah tahu apakah Manda suka pada seorang cowok atau tidak, apakah Manda pernah jatuh cinta atau tidak. Yang dia tahu adalah Manda itu sama sekali tidak pernah berpacaran. Willy sama sekali tidak pernah mengetahui perasaannya ini. Rasa penasarannya memang tidak diragukan lagi. Sikapnya bisa dilihat dari kepeduliannya terhadap Manda sebagai seorang sahabat yang sangat dekat sekali.

            Willy masih serius membaca apa yang ada di depan matanya itu. Dibukanya lagi lembar demi lembar. Ia kaget dan tidak menyangka. Ada sebuah foto yang tertempel pada lembar itu. Di kedua sudutnya terdapat tanda hati merah. Ternyata foto itu adalah dirinya. Foto itu adalah wajahnya yang sedang tertawa tanpa melihat ke arah kamera. Ia tampak sedikit tidak menyangka sama sekali. Entah bagaimana perasaannya sekarang kalau ternyata laki-laki yang disukai oleh Manda adalah dirinya. Sampai Manda diam-diam mengambil gambar dirinya. Kemudian dia mngernyitkan dahi sambil mengingat-ingat. Akhir-akhir ini Manda juga sering membuat status whatsapp tentang cinta terhadap sahabat dan takut kehilangan seseorang yang dicintai. Willy semakin meyakini itu.

            Segeralah ia mengambil kunci motornya dan bergegas menemui sahabatnya itu. Setelah sampai, ia melihat tante Vina sedang memasak di dapur dan tidak menyadari kalau ia datang. Barusaja ia akan menaiki tangga, terlihat Manda sedang duduk membaca buku di kursi ayunan belakang rumah tempat ia biasa bersantai dengan keluarga.

            “Haai..!”, Willy sengaja mengagetkan Manda.

            Manda menoleh terkejut mendengar suara itu. “Loh..Wil! Kamu kok kesini lagi sih?”, ia sedikit terbangun dari duduknya.

            “Emang kenapa? Ga boleh ya?”

            “Ya enggak. Kan tadi katanya Om Randy mau telfon kamu?”

            “Barusan udah chat lewat whatsapp, terus nanti akan dikabari lagi”, kata Willy sambil duduk di atas kursi rotan putih yang terpisah dari kursi ayun Manda.

            “Ohhh..,” Manda menanggapi dengan singkat sambil melanjutkan membaca buku.

            “Oiya, Man..,” Willy mulai membuka pembicaraan.

            “Apa?,” Manda langsung menoleh ke arah Willy sambil mengernyitkan dahi.

            “Sebelumnya aku minta maaf. Tadi pagi aku nggak sengaja nemuin buku ini,” Willy menunjukkan buku diary kecil. Manda sontak terkejut melihat buku itu.

            “Hah?!? Itu kan buku aku Willyy.. Kenapa ada di kamu???”, wajah Manda langsung berubah menjadi merah. “Kembaliin sini Wil??”, Manda berusaha meraih buku itu. “Duuhh.. Willy, kok bisa ada di kamu sih?,” Manda kembali duduk di kursi ayunnya sambil menahan rasa malu karena membayangkan kalau isi buku itu terbaca oleh Willy. “Pasti tadi pagi kamu udah ngambil di meja aku ya tanpa sepengetahuan aku?”, Manda menebak-nebak sambil memasang muka cemberut. Willy hanya senyum-senyum tidak jelas. “Trus kuncinya mana? Kok udah kebuka? Kamu udah baca ya Wil? Ya ampun!” Manda salah tingkah sambil menutupi wajahnya dengan buku yang tadi ia baca. “Oh my God, Willy!!!.”

            Sekarang Manda yang tidak terlihat santai. Matanya melotot ke arah Willy. Perasaannya bercampur aduk. Harus bagaimana sekarang? Apa yang lebih baik dikatakan? Dalam benaknya, sepertinya ia harus mengungkapkan. Karena waktulah yang memaksanya saat ini. “Sekarang kamu udah tau kan isi buku itu? Ya itulah perasaanku sekarang, Wil,” Manda berusaha untuk se-relax mungkin.”Kamu boleh gak suka, boleh mengejekku, boleh benci sama aku karena aku berlebihan. Tapi itu emang apa yang hatiku rasakan..sampai sekarang,” Manda tidak berani menatap Willy. Waktulah yang memaksanya untuk mengatakan.

            “Aku ga pernah benci sama kamu, Manda. Apalagi setelah aku baca tulisan kamu ini,” Willy masih menatap cewek penyuka warna merhah jambu itu. “Tapi ini memang benar kan perasaan kamu seperti ini?” Willy mencoba meyakinkan.

            “Trus aku harus bilang apa? Masih kurang ya penjelasannya?” Manda sedikit cemberut karena memendam sedikit rasa malu.

            Willy tersenyum kecil melihat tingkah laku Manda. “Ya udah, kalau gitu ayo..!” Willy berkata santai.

            “Ayo maksudnya?” Manda mengernyitkan kening tanda tidak percaya sekaligus penasaran dari ajakan Willy itu.

            “Kita jadian”, jawab Willy singkat.

            Manda melotot lagi mendengarnya. Itu adalah kata keramat yang belum pernah ia dengar sebelumnya. “Serius kamu?”, Manda sedikit melotot sambil matanya berkedip-kedip seakan tidak percaya.

            “Ya serius lah, emang aku keliatan boong?” Willy memperlihatkan muka seriusnya sambil melihat Manda yang sedikit agak bengong dengan pernyataannya. Sambil tertawa kecil, ia mengacak-acak pelan rambut Manda. “Oke? Kita jadian ya?” wajah Willy terlihat ceria. Manda hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecil dan tentunya dengan wajah yang sedikit memerah.

**

            Satu bulan telah berlalu. Willy sudah mendapat kabar dari pamannya di Belanda terkait dengan studi yang akan ia tempuh. Dia harus berangkat kesana enam hari lagi. Tapi sebelum itu, dia merencanakan sesuatu untuk mengajak Manda. Sementara Manda sekarang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk mendaftar di kampus pilihannya, dan sedang menunggu jadwal tes. Ia segera merundingkan rencananya dengan keluarga Manda. Ia juga bercerita kalau ia sangat menyayangi Manda dan ingin mengajaknya berlibur walaupun hanya sebentar sekaligus mengantarnya. Ini ia ungkapkan karena sebentar lagi mereka akan menjalani hubungan jarak jauh selama kurang lebih tiga tahun dan kembali ke Indonesia diperkirakan hanya dua kali dalam satu tahun.

            Akhirnya keluarga Manda menyetujui keinginan Willy. Tante Vina berkata asalkan ia mampu bertanggung jawab untuk menjaga anak perempuan satu-satunya itu, dan percaya sepenuhnya kepada Willy karena ia bukan pria yang suka macam-macam.

                                                                        **

            Delapan jam telah berlalu. Manda dan keluarga Willy telah sampai di bandara Schiphol Amsterdam. Mereka dijemput oleh Om Randy dan segera menuju kediaman Om Randy. Manda sangat senang sekali. Kali ini dia tidak menyangka sekali bahwa ia bisa sampai di negeri Kincir Angin ini. Secepat ini. Tidak ada rencana liburan ke sini, tahu-tahu sudah berada di sini. Perasaannya bercampur aduk. Deg-degan, bahagia, malu, salah tingkah, dan lain-lain. Lalu Willy meminta izin kepada keluarga untuk mengajak Manda berjalan-jalan sebentar keluar rumah. Sambil menaiki mobil kecil milik Omnya, mereka bisa menikmati udara sore yang mulai sejuk saat itu. Manda terlihat ceria dan sangat senang sekali. 10 menit kemudian mereka sampai pada sebuah tempat mirip seperti sebuah alun-alun kota. Mobil Willy berhenti untuk diparkir.

            “Wil, ini dimana? Tempat apa nih?” Manda bertanya heran sambil melihat-lihat di sekeliling dari dalam mobil.

            “Ini adalah tempat yang terr…… Hehe, yuk kita turun dulu!,” Willy masih sempat-sempatnya saja menggoda.

Manda terlihat manyun tapi masih dengan rasa penasaran yang tinggi. Kemudian diajaknya Manda melewati sebuah jembatan yang di bawahnya mengalir sungai kecil. Tak berapa lama, Manda dikagetkan dengan pemandangan di depan matanya saat ini. Ia benar-benar sungguh tak percaya. Sekarang ini ia melihat hamparan bunga tulip yang berbaris rapi bak permadani. Tersusun dan dikelompokkan sesuai dengan warnanya. Merah muda, merah, ungu, putih, dan kuning. Di sisi sebelah kiri, ada jajaran bunga tulip merah dan ungu yang melingkar penuh dibatasi oleh sungai kecil dan jalan setapak. Manda tercengang bahagia. Tempat yang begitu teduh dan indah. Bunga tulip yang menjadi bunga favoritnya. Kini ia bisa menyentuhnya secara nyata. Menikmati keharibaannya sang tulip yang selalu ada dalam beberapa judul puisinya.

“Ya ampun Willy..ini indah banget,” seru Manda sambil membelai beberapa kelopak bunga tulip.

“Kamu harus tahu Man, inilah cita-cita aku untuk membawa orang yang aku sayangi ke tempat ini. Di saat-saat musim tulip sekarang ini,” kata Willy yang tidak kalah senangnya dengan keindahan bunga tulip.

Mereka berdua segera berjalan-jalan untuk menikmati warna-warni bunga tulip di sepanjang hamparannya. Manda sesekali memfoto bunga-bunga itu, pemandangan sekitar, dan juga berselfie ria. Sungguh pengalaman yang menakjubkan sepanjang hidupnya. Dia berencana untuk menikmati sepenuhnya liburan 1 minggu hanya di sini. Setelah itu, ia harus bertolak untuk melanjutkan kuliah di Jakarta. Mereka berdua juga harus bersiap menjalani LDR selama Willy berada di Belanda. Tapi Manda sudah yakin dan bertekad bahwa cowok jangkung itu adalah cinta sejatinya. Cinta yang selama ini ia mimpikan. Mereka sangat bersyukur dan  berjanji untuk selalu menjaga hati satu sama lain.

 

***

Minggu, 23 Agustus 2020

Puisi Daun

 

Hijau mu tak selalu abadi

Tapi selalu bertaruh dalam sunyi

Untuk hati

Untuk nadi

Untuk kasih

Helai demi helai melantunkan hijaumu

 

Daun

Daun

Kau selalu bersua pada alam

Kau selalu berpijak pada dahan

Kau selalu bermuara pada ranting

Kau selalu bersibak pada angin

Putik-putik itu akan mekar tanpamu

Hati sang bunga tak akan hidup tanpamu

Kau tak pernah menyalahkan angin meski ia membuatmu gugur

Kau tak pernah menyalahkan mentari meski ia membuatmu jatuh

Mawar Putih yang Beku

 

Dalam kabut pekat

Aku melihat

Titik-titik buih melayang rendah

Buih itu terpana dalam dingin

Seolah menunjukkan keharibaannya

Setangkai mawar putih yang beku

Menunjukkan kelemahannya

Dalam dingin ia pun bertahan

Dengan menghamburkan pesona buihnya

Yang tak kunjung reda

 

Daun-daun bertanya,

“Wahai mawar putih, mengapa engkau bertahan?

Padahal kau telah beku”

Sang mawar menjawab,

“Aku hanya menunggu mentari pagi

Kabarnya, ia akan datang untuk memberikan sinarnya pada ku hari ini”

Jumat, 21 Agustus 2020

10 Cara Agar Tubuh Merasa Nyaman Meskipun di Rumah Saja

 

    Semenjak merebaknya wabah virus corona atau Covid-19 di Indonesia, pemerintah mulai bertindak dengan menerapkan kebijakan pembatasan sosial yang mempengaruhi sebagian besar aktivitas kita. Selain itu, kita semua juga dihimbau untuk tidak berkerumun dan tidak bepergian alias di rumah saja.

Hal itu tentu akan membuat kita merasa bosan dan jenuh apabila terus menerus melakukan aktivitas hanya di dalam rumah. Nah, berikut adalah 10 kegiatan yang dapat membuat kita merasa nyaman dan tetap produktif walau di rumah saja.

1.        Mendengarkan Musik

Banyak yang menunjukkan bahwa mendengarkan musik memiliki manfaat yang positif bagi tubuh. Diantaranya adalah menghilangkan stress, mengurangi kegalauan, meningkatkan suasana hati, meningkatkan kinerja akademik, dan masih banyak lagi. Berbagai jenis musik mulai dari yang slow sampai rock, semuanya memiliki manfaat masing-masing tergantung dari jenis musik yang kita suka atau yang menjadi favorit kita.

2.       Tidur Siang

Ternyata tidur siang tidak hanya bermanfaat untuk anak-anak saja, tapi juga orang dewasa. Manfaatnya pun juga beragam, diantaranya adalah meningkatkan daya ingat, mempertajam kreativitas, meningkatkan konsentrasi, dan yang pasti membuat tubuh menjadi lebih bugar. Waktu yang tepat untuk tidur siang adalah pada pukul 2 atau 3 siang. Lamanya waktu tidur yang baik adalah sekitar 20-30 menit, itu adalah yang ideal.

3.       Meditasi/Yoga

Meditasi/yoga merupakan latihan untuk menenangan pikiran agar dapat fokus dan tubuh tetap merasa tenang. Selain dilakukan di kelas yoga, meditasi juga dapat dilakukan di rumah. Tidak perlu menggunakan alat khusus apapun, kita hanya perlu tempat yang tenang dan nyaman. Manfaat meditasi ini juga sangat banyak. Diantaranya adalah memberikan ketenangan pikiran, menjaga keseimbangan jiwa dan emosi, melatih konsentrasi, hingga memberikan energi positif bagi orang-orang yang menderita sakit.

 4.       Membaca Buku

Kita semua juga sangat tahu bahwa buku adalah jendela dunia. Selain menambah pengetahuan, membaca juga dapat mengurangi stress, memperkuat otak, menguatkan daya ingat, hingga mengurangi depresi.

5.       Journaling

Banyak yang beranggapan bahwa journaling adalah kegiatan yang membosankan, itu karena tema yang monoton. Journaling justru salah satu cara untuk mengekspresikan diri. Agar tidak selalu monoton, kita dapat menggunakan bullet journal dan doodle journal. Kedua journal tersebut juga saling berkaitan. Alat tulis yang dibutuhkan juga beragam, yaitu spidol, pulpen gel, brush pen, pulpen berwarna, dan stabilo. Tema yang digunakan juga bisa sesuai dengan keinginan kita. Agar terlihat menarik kita bisa menggambar dan mewarnai tema doodle yang lucu-lucu dan beraneka ragam.

 6.       Telfon Teman

Saat di rumah saja dan tidak bisa kemana-mana, kita jadi jarang bertemu dengan teman atau kerabat keluarga lain. Solusinya yaitu chatlah mereka atau tefonlah mereka. Entah itu telfon biasa atau video call.

7.       Memakai Skincare

Meskipun di rumah saja, kita juga tetap harus memperhatikan kesehatan kulit wajah dan tubuh. Agar kulit wajah tetap sehat, bersih, dan cerah kita juga harus rajin merawat wajah dengan skincare yang tepat sesuai jenis kulit kita. Lakukan perawatan rutin setiap pagi dan malam hari menjelang tidur.

8.       Konsumsi Makanan dan Minuman Sehat 

Hal yang paling penting menghadapi pandemi ini yaitu rajin mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat. Sayur, buah, air putih, dan susu tidak boleh ketinggalan dalam menu harian kita. Ini agar daya tahan tubuh kita tetap terjaga. Kita juga boleh mengkonsumsi vitamin C agar tidak gampang sakit.

 9.       Menonton Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film yang menyajikan tayangan fenomena nyata yang terjadi di sekitar kita. Manfaatnya adalah kita bisa memperoleh pengetahuan dan informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Film dokumenter dapat kita temukan pada acara-acara tertentu di televisi.

10.   Berdoa

Berdoa atau beribadah tidak boleh kita lewatkan dalam kehidupan kita. Apalagi menghadap wabah yang sangat mengerikan ini, kita harus selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar selalu dijauhkan dari segala macam penyakit yang berbahaya.


Tulip's In My Heart

       Hari yang ditunggu-tunggu oleh Manda akhirnya datang juga. Sekarang dia telah menjadi wisudawati di sekolahnya, SMK Harapan Siswa. T...